PIT Oftalmologi Komunitas

Oftalmologi Komunitas

oftalmologi sosial adalah cabang oftalmologi yang berorientasi pada kesehatan masyarakat paripurna (promotif, preventif, kuratid dan rehabilitative) dengan menekankan pada aspek-aspek promotif dan preventif.
Oftalmologi komunitas memerlukan pendekatan yang komprehensif untuk pencegahan secara primer, sekunder dan tersier untuk semua penyakit mata seperti kekurangan vitamin A, trachoma, campak, diabetes retinopathy, gangguan refraksi dan lain-lain. Oftalmology komunitas didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan pelayanan kesehatan primer, pemerataan, keterlibatan masyarakat focus pada pencegahan, teknologi tepat guna dan pendekatan multisektorial adalah beberapa nama dalam pendekatan pelayanan kesehatan primer.

Dalam melaksanakan program kesehatan mata masyarakat Indonesia, Indonesia telah bergabung dalam program WHO (world health organization) melalui programnya untuk kesehatan mata yaitu vision 2020.
Berikut adalah peringkat penyebab kebutaan di Indonesia:

Peringkat Penyebab Kebutaan Jumlah (%) dari Total Penduduk Indonesia
1 Lensa 0.78
2 Glaucoma 0.20
3 Kelainan Refraksi 0.14
4 Retina 0.13
5 Kornea 0.10
6 Others 0.15
Total Kebutaan 1.5

Dalam Oftalmology komunitas mencakup aspek promotif dan preventif, dimana targetnya adalah masyarakat atau komunitas guna mempertahankan kualitas hidup pada tingkat yang baik.
Definisi dari promotif ialah suatu proses pembelajaran dari dan oleh masyarakat yang disesuaikan dengan sosial budaya setempat, artinya masyarakat diberdayakan. Sehingga mayarakat mampu mengenali, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan indera penglihatan.

Screening mata gratis

Preventif dalam oftalmologi komunitas dititikberatkan pada glaucoma, kelainan refraksi, penyakit degenerasi dan gangguan kornea. Usaha preventif dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Primer yaitu mencegah terjadinya penyakit
Defisiensi vitamin A : beri gizi yang baik
Trachoma : dengan air dan sanitasi yang baik
Kelainan refraksi : nonton tv jarak minimal 5x diagonal TV jarak baca 30 cm pada tempat yang cukup terang
Glaucoma diatas umur 40 tahun, kontrol tekanan bola mata secara teratur

2. Sekunder yaitu mencegah hilangnya tajam penglihatan dari penyakit yang sedang diderita
Defisiensi vitamin A bila ada gejala-gejala buta senja segera beri vitamin A 2x setahun
Katarak : operasi bila visus menurun
Glaucoma penyelamatan penglihatan dengan operasi atau terapi secara teratur
Retinopati diabetic menyelamatkan penglihatan dengan terapi laser pada retina

3. Tertier yaitu memperbaiki visus pada orang buta
Katarak : operasi
Sikatriks kornea : keratoplasty penderita Low vision pakai alat bantu penglihatan misalnya kaca pembesar
Operasi Katarak Gratis

Kelainan-Kelainan Mata Yang Menjadi Masalah Oftalmologi Komunitas

Katarak

Bila di indonesia katarak merupakan penyabab kebutaan yang utama, tidak demikian dengan negara yang telah maju. Di Amerika Serikat penyebab utama dari kebutaan orang dewasa sampai orang tua adalah oleh karena komplikasi diabetes melitus. Katarak adalah mengaburnya lensa mata yang menghalangi jalan cahaya. Walaupun kebanyakan kasus katarak yang berkaitan dengan proses penuaan, kadang-kadang anak-anak dapat lahir dengan kondisi, atau katarak dapat berkembang setelah mata luka, peradangan, dan beberapa penyakit mata lainnya.

Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapai timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. Diperkirakan terdapat hampir 18 juta orang-orang yang buta karena katarak bilateral, mewakili hampir setengah dari semua penyebab kebutaan karena penyakit mata global. Proporsi kebutaan karena katarak di antara semua penyakit mata berkisar dari 5% di Eropa Barat, Amerika Utara dan negara-negara yang lebih makmur di Pasifik Barat hingga 50% atau lebih di daerah miskin. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16 % diantaranya diderita penduduk usia produktif. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi utama ialah usia. Selain itu seringkali dikaitkan dengan faktor risiko cedera, penyakit mata tertentu (misalnya uveitis), diabetes, iradiasi ultraviolet dan merokok. Katarak pada anak-anak terutama disebabkan kelainan genetika. Katarak menonaktifkan visual jauh lebih sering terjadi di negara-negara berkembang daripada di negara-negara industri, dan perempuan pada risiko yang lebih besar daripada laki-laki dan kecil kemungkinannya untuk memiliki akses ke tempat pelayanan.

Glaukoma
Glaukoma adalah sekelompok kondisi yang ditandai oleh kerusakan saraf optik (dideteksi dengan menangkupkan (cupping) patologis dari cakram optik) dan kehilangan lapang pandang. Dua tipe utama utama glaukoma ialah glukoma sudut terbuka primer dan glukoma sudut tertutup primer. Glaukoma sudut terbuka primer lebih sering pada orang kulit putih dan Afro-Karibia, sedangkan glaukoma sudut tertutup primer lebih umum di Asia Tenggara. Glaukoma tidak lazim di kalangan orang-orang di bawah usia 40 tahun, tetapi prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia. Faktor risiko lain termasuk yang dapat meningkatkan tekanan di dalam mata (tekanan intraokular), sejarah keluarga yang positif dan pada kelompok etnis yang rentan. Glaukoma sudut terbuka primer, tidak dapat dicegah, tapi serangan akut glaukoma sudut tertutup primer dan bentuk penyakit lain yang lebih kronis dapat dicegah dengan deteksi dini, diikuti dengan perawatan laser atau pembedahan iris.

Retinopati Diabetikum
Retinopati diabetikum diakui dengan baik sebagai komplikasi diabetes melitus. Uji klinis telah menunjukkan bahwa kontrol yang baik terhadap diabetes dan hipertensi secara signifikan mengurangi resiko retinopati diabetes, dan ada bukti dari studi-studi yang berjalan lebih dari 30 tahun dengan pengobatan terhadap retinopati diabetikum dapat mengurangi resiko kehilangan penglihatan lebih dari 90 %. Begitu penglihatan telah hilang akibat retinopati diabetes, biasanya tidak dapat dikembalikan, meskipun beberapa bentuk retinopati dapat dirawat dengan operasi kompleks vitreo-retina.

Program skrining untuk mendeteksi retinopati diabetes pada tahapan di mana pengobatan masih dapat mencegah kehilangan penglihatan, dan program pendidikan kesehatan adalah pencegahan utama kebutaan karena retinopati diabetes. Perawatan untuk retinopati diabetes relatif mahal dan memerlukan tenaga profesional terlatih perawatan mata. Layanan yang efektif untuk pencegahan dan pengobatan retinopati diabetes dapat diberikan hanya jika pelayanan medis yang memadai untuk pasien dengan diabetes mellitus berada di tempatnya.

Kelainan Refraksi Kesalahan refraktif
miopia, hypermetropia, Silindris, presbyopia mengakibatkan gambar menjadi tidak terfokus dan jatuh di retina. Gangguan refraksi yang tidak dikoreksi, mempengaruhi orang-orang dari segala usia dan kelompok etnis, dan merupakan penyebab utama melemahnya penglihatan. Pada orang-orang ini mungkin dapat mengakibatkan kehilangan pendidikan dan kesempatan kerja, produktivitas yang rendah dan gangguan kualitas hidup.Pelayanan harus difokuskan pada anak-anak, orang miskin dan orang dewasa di atas usia 50 tahun, dan koreksi yang diberikan harus terjangkau, kualitas baik dan dapat diterima secara kultural. Pelayanan untuk kesalahan refraktif harus diintegrasikan pada semua tingkat penyediaan perawatan mata.

Kebutaan Pada Anak
Departemen kesehatan telah menetapkan batasan dari kebutaan ialah golongan social blind bila visusnya finger counting jarak 1 meter (visus = 1/60) dan medical ophthalmological blind bila tidak ada persepsi sinar (visus = nol).19 Bagan 1 Struktur dari Vision 2020 Diperkirakan bahwa ada 1,4 juta anak-anak buta di dunia, 1 juta di antaranya hidup di Asia dan 300 000 di Afrika. Prevalensi berkisar dari 0.3/1000 anak-anak berusia 0-15 tahun di negara-negara makmur untuk anak-anak yang sangat 1.5/1000 masyarakat miskin. Meskipun jumlah anak-anak buta relatif rendah, mereka memiliki kebutaan masa depan, dengan perkiraan 75 juta buta-tahun (angka buta × panjang kehidupan), kedua setelah katarak. Laporan yang sama menunjukkan bahwa 500 000 anak-anak menjadi buta setiap tahun (hampir satu per menit). Banyak mati di masa kanak-kanak dari penyebab yang mendasari, seperti campak, meningitis, rubela, prematur, genetik penyakit dan cedera kepala. Sebagian besar anak-anak buta baik lahir buta atau menjadi buta sebelum usia 5 tahun. Karena perbedaan demografi, jumlah anak-anak yang buta per 10 juta penduduk bervariasi dari sekitar 600 di negara makmur sekitar 6.000 dalam masyarakat sangat miskin. Sekitar 40% dari masa kanak-kanak menyebabkan kebutaan dapat dicegah atau diobati. Trachoma merupakan infeksi paling umum penyebab kebutaan, disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Anak-anak yang memiliki tahap aktif penyakit menjadi reservoir dari infeksi, sementara kebutaan, yang terjadi setelah berkali-kali episode infeksi, terutama mempengaruhi orang dewasa. Anak laki-laki dan perempuan sama-sama dipengaruhi oleh infeksi aktif, sedangkan kebutaan lebih sering terjadi pada wanita. Trachoma berhubungan dengan kondisi kemiskinan, mempengaruhi masyarakat yang memiliki persediaan air yang buruk dan sanitasi dan pelayanan kesehatan yang buruk. Organisme ini ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dan tidak langsung dan oleh lalat. Kebutaan dapat dicegah dengan operasi untuk memperbaiki penutupan tutup bagian atas (trichiasis), sementara infeksi dan penularan dapat dikurangi dengan operasi, antibiotik, wajah kebersihan dan perubahan lingkungan (strategi yang aman).

Defisiensi Vitamin A

Menurut WHO, Indonesia merupakan salah satu Negara dengan prevalensi defisiensi vitamin A tertinggi diantara negara-negara sedang berkernbang. Hasil survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan tahun 1998-2002, yang menunjukkan bahwa sampai tahun 2002, sekitar 10 juta anak Indonesia terancam kekurangan vitamin A. Defisiensi vitamin A merupakan gangguan nutrisi yang dapat mengakibatkan kebutaan. Defisiensi vitamin A dapat disebabkan kemiskinan dan ketidaktahuan terhadap nilai gizi. Kelainan ini dapat ditemukan pada pasien dengan keadaan ekonomi rendah. Bila terdapat pada keluarga dengan keadaan ekonomi sedang. maka mungkin sangat erat hubungannya dengan ketidaktahuan, menderita penyakit diare atau akibat penyakit infeksi virus lainnya. Vitamin A banyak terdapat dalam wortel, sayur hijau. lemak ikan. hati, kuning telurn dan susu.4 Vitamin A memegang peranan pada jaringan ektoderm seperti saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih, konjungtiva, kornea, dan retina. Gejala utama defisiensi vitamin A pada mata adalah buta senja, xerosis konjungtiva, dan keratomalasia. Defisiensi vitamin A biasanya ditemukan pada anak-anak di bawah usia 3 tahun.

Sebagai kesimpulan masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita lakukan sebab menurut WHO Indonesia ditempatkan pada posisi yang kurang baik yaitu setara dengan negara-negara di benua Afrika yaitu dengan prevalensi kebutaan diatas 1%. Hasil survey Kebutaan dan Morbiditas Nasional tahun 1993-1996 justru memperlihatkan peningkatan prevalensi kebutaan dibandingkan survey tahun 1982, dengan penyebab kebutaan utama yaitu katarak. Ophthalmologi komunitas didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan pelayanan kesehatan primer seperti Puskesmas, dan lebih menitikberatkan kepada pencegahan. Indonesia telah bergabung dalam program WHO (World Health Organization) melalui programnya untuk kesehatan mata yaitu Vision 2020 untuk mengurangi angka kebutaan di masyarakat.

Related Post